Selasa, 20 Oktober 2015

contoh review jurnal

JURNAL I

 PENAMPILAN PRODUKSI KAMBING KACANG JANTAN YANG DIBERI PAKAN SIAP SAJI (PSS) BERBASIS SILASE TANAMAN JAGUNG

Oleh :  Teguh Wahyono, Kusumaningrum C.E, Widiawati Y, Suharyono

A.                Tujuan Penelitian

 Penelitian dilakukan untuk mengetahui potensi pakan siap saji (PSS) sebagai substitusi hijauan pakan untuk meningkatkan konsumsi, kecernaan pakan dan produktivitas kambing Kacang jantan.

B.                 Materi dan Metode yang Digunakan

 Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan jumlah ternak percobaan sebanyak 20 ekor kambing Kacang jantan lepas sapih dengan bobot badan berkisar 15-20 kg  yang diacak dan dibagi menjadi empat perlakuan ransum dengan lima ulangan dan ditempatkan pada kandang individu. Pakan perlakuan dalam penelitian dibedakan berdasarkan tingkat persentase penggunaan PSS pada ransum, yaitu: kontrol (rumput gajah 70% + konsentrat 30%); perlakuan A (kontrol + PSS 6%); B (kontrol +PSS 8%); C (kontrol +PSS 10%). Pembuatan PSS dilakukan dengan menggunakan silo berupa drum plastik berkapasitas 50 kg. Bahan silase terdiri dari tanaman jagung +2,5% silase tanaman jagung +2,5% biosuplemen. Campuran bahan pakan kemudian diinkubasi di dalam silo/drum plastik selama 3 hari.






Peubah yang diamati adalah konsumsi Bahan Kering (BK), Pertambahan Bobot Badan harian (PBBh), Feed Convertion Ratio (FCR) dan kecernakan BK.

C.                 Hasil Penelitian

Peubah
Perlakuan Pakan
Kontrol
A
B
C
Konsumsi BK (gr/ekor/hari)
863,4±15,63
860,4±21,09
837,8±35,02
837,4±13,8
PBBH (gr/ekor/hari)
127±19,35
193±27,29
135,7±21,58
153±19,75
FCR
7,62±1,39
4,80±0,64
6,69±0,87
5,84±0,74
Kecernaan BK (%)
67,01±0,60a
68,07±0,97a
71,45±0,86b
68,36±0,82a

Berdasarkan data tabel diatas diketahui bahwa perlakuan B memiliki kecernaan BK tertinggi yaitu berkisar 71,45±0,86 % berbeda nyata dari perlakuan lainnya yaitu kontrol 67,01±0,60 %, A 68,07±0,97%, dan C 68,36±0,82 %.  Hal ini menunjukan bahwa penambahan PSS pada ransum memiliki batas maksimal agar tercapai enilai kecernaan yang baik. Kecernaan pakan sendiri dapat dipengaruhi oleh kandungan serat kasar dan protein kasar pakan, perlakuan terhadap bahan pakan, faktor spesies ternak serta jumlah pakan.

D.                Kesimpulan.

Penambahan PSS dalam ransum dapat diberikan sesuai dengan ambang  batasnya yang dalam penilitian sebesar 8%, dimana penambahan sejumlah tersebut memberikan nilai kecernaan tertinggi dengan perbedaan yang nyata.


JURNAL II

EFEK PENGURANGAN DAN PEMENUHAN KEMBALI JUMLAH PAKAN TERHADAP KONSUMSI DAN KECERNAAN BAHAN PAKAN PADA KAMBING KACANG DAN PERANAKAN ETAWAH

A.                Tujuan Penelitian.

Mengetahui efek pengurangan dan pemenuhan kembali jumlah pakan terhadap konsumsi dan kecernaan bahan pakan pada kambing Kacang dan Peranakan Etawah.

B.                 Materi dan Metode yang Digunakan

Delapan ekor kambing jantan yang terdiri atas 4 ekor kambing Kacang dan 4 ekor kambing Peranakan Etawah digunakan dalam penelitian ini. Kedua jenis kambing tersebut diberikan perlakuan yang sama. Pertama, pakan dikurangi dengan pemberian bahan kering 1,7% berat badan untuk masing-masing ternak, kedua, ternak diberi pakan secara ad libitum. Pakan yang digunakan terdiri atas hijauan berupa jerami kacang tanah (rendeng) yang dibeli dari petani di wilayah Bantul. Konsentrat yang digunakan adalah konsentrat komersial berbentuk pelet dengan nama Gemuk A produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia. Perbandingan hijauan dan konsentrat diatur sesuai dengan perlakuan pada setiap periode penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial (Hanafia, 2010). Perlakuan terdiri dari 2 faktor yakni, bangsa kambing (kambing Kacang (K1) dan kambing PE (K2)) dan jumlah pakan (pengurangan pakan (BK 1,7% berat badan (R1) dan pakan ad libitum (R2)). Masing masing perlakuan terdiri atas 4 ulangan.











Data yang diambil dalam penelitian ini meliputi konsumsi bahan kering, konsumsi bahan organik, kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik.

C.                 Hasil Penelitian

Variabel
Jumlah pakan
Rata-rata
Pengurangan
ad libitum
Kecernaan BK
Kambing kacang
Kambing PE
Rata-rata



71,21±4,34
80,81±3,12
76,01±6,78A
78,19±3,06
81,76±2,16
79,97±2,52B
74,70±4,93a
81,28±0,67b

Kecernaan BO
Kambing Kacang
Kambing PE
Rata-rata



74,56±3,83
83,66±2,67
79,11±6,43A
80,74±2,71
84,56±1,83
80,74±2,71 B
77,65±4,37a
84,11±0,64b

*) Nilai dituliskan sebagai rerata ± standar deviasi (values were presented as mean + SD).
a,b Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) (different superscripts at the same row indicate significant differences (P<0.01)).
A,B Superskrip yang berbeda pada kolom dan variabel yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) (different superscripts at the same column and variable indicate significant differences (P<0.05)).

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa kambing kacang memiliki kecernaan BK dan bahan organik yang lebih rendah dari kambing PE berebeda nyata (P<0,05). Pemberian jumlah pakan dengan cara pembatasan dengan pengurangan jumlah pakan mengakibatkan angka kecernaan BK dan BO menjadi rendah sebaliknya pemberian pakan secara ad libittum memberikan angka kecernaan BK dan BO yang lebih tinggi. Perlakuan jumlah pakan berbeda sangat nyata (P<0,01).

D.                Kesimpulan

Jenis bangsa kambing mempengaruhi kecernaan BK dan BO pakan dimana kambing PE mempunyai kecernaan BK dan BO pakan yang lebih baik dibanding kecernaan BK dan BO kambing kacang. Jumlah pakan yang diberikan juga mempengaruhi kecernaan BK dfan BO pada kambing kacang maupun PE. Pemebrian pakan secara ad libittum  menghasilkan kecernaan yang jauh lebih baik dibanding denganpemberian pakan dengan cara jumlah pakan yang d


REVIEW


Berdasarkan kedua jurnal tersebut maka dapat diketahui bahwa beberapa faktor dapat mempengaruhi kecernaan BK dan BO pakan. faktor-faktor yand dapat mempengaruhi diantaranya komposisi nutrien pakan yang harus seimbang antara kandungan PK dengan energinya yang dalam hal ini dalam TDN. Faktor jumlah pakan yang diberikan hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya konsumsi pakan untuk dicerna dan juga jenis dan bagansa ternak. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar