Selasa, 20 Oktober 2015

Klasifikasi ternak unggas

Pengenalan Jenis dan Klasifikasi Ternak Unggas
Unggas adalah hewan yang termasuk didalam kelas aves yang telah didomestikasikan dan diperkembangbiakan serta cara hidupnya diatur oleh manusia agar memberikan nilai ekonomis dalam bentuk barang dan jasa (Yuwanta, 2008). Beberapa jenis unggas antara lain ayam, itik, angsa dan puyuh. Unggas dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu unggas darat yaitu ayam dan kalkun serta unggas air seperti itik, entok dan angsa (Suprijatna et al., 2008).

2.1.1.   Klasifikasi secara internasional
Menurut The American Standart of Perfection unggas khususnya ayam didasarkan pada standar unggas yang dikelompokan berdasarkan ras, bangsa, varietas, dan strain. Berdasarkan buku standar terdapat sebelas kelas, namun hanya ada empat kelas yang penting, yaitu kelas Inggris, kelas Amerika, kelas Mediterania, dan kelas Asia (Suprijatna et al., 2008). Klasifikasi juga didasarkan pada perbedaan dan persamaan karaker pada hewan atau unggas. Klasifikasi hewan berdasarkan atas perbedaan dan persamaan karakter tertentu pada hewan yang bersangkutan Tursina (2013).
2.1.1.1. Kelas inggris, ayam kelas inggris dikembangkan sebagai ayam dwiguna. Tanda spesifik diantaranya badan besar dan bentuk daging baik, kulit bewarna putih, kecuali Cornish mempunyai kulit kuning, cuping telinga merah, kerabang telur coklat kecuali Dorking dan Red Cup berkerabang putih, dan mempunyai sifat mengeram (Yuwanta, 2008). Bangsa-bangsa ayam yang termasuk dalam kelas Inggris diantaranya  Sussex, Cornish, Orpington, Red Cup, Australorp, Dorking (Suprijatna et al., 2008).
2.1.1.2. Kelas amerika, ayam kelas amerika dikembangkan dengan tujuan dwiguna yaitu  memproduksi telur dan daging. Tanda-tanda umum ayam amerika adalah warna kulit terang, warna kerabang telur coklat kecuali ayam lamona yang memiliki warna telur putih, cuping telinga merah, shank berwarna kuning dan tidak berbulu (Yuwanta, 2008). Bangsa-bangsa ayam yang termasuk dalam kelas ini adalah Plymouth Rock, Wyandotte, Rhode Island Red, Hampshire, Jersey (Suprijatna et al., 2008).
2.1.1.3. Kelas mediteraniaayam kelas mediterania terkenal dengan bentuk badannya yang langsing dan produksi telurnya cukup tinggi. Tanda-tanda spesifik dari ayam kelas Mediterania diantaranya bentuk badannya lebih kecil dibandingkan dengan ayam Asia, Inggris, atau Amerika, cuping telinga putih, cepat mencapai dewasa kelamin (4 - 6 bulan), produksi telur yang  tinggi (284 – 300 butir/tahun), tidak mengeram, kerabang telur bewarna putih, kaki tidak berbulu, penampilan nervus, serta jengger tunggal dan lebar kecuali ayam yang mempunyai jengger Butter Cup (Yuwanta, 2008). Bangsa-bangsa ayam yang termasuk dalam kelas ini antara lain Leghorn, Ancona, Spanish, Minorca, Andalusia (Suprijatna et al., 2008).
2.1.1.4. Kelas asia, ayam kelas asia merupakan kelompok ayam yang dikembangkan di wilayah Asia. Karakteristik bentuk tubuh besar, bulu merapat tubuh, cuping berwarna merah, dan kerabang telur beragam, dari coklat kekuningan sampai putih. Ciri khas cakar berbulu, kulit berwarna putih sampai gelap dan merupakan tipe pedaging. Contohnya Brahma, Langshan, Cochin China (Suprijatna et al., 2008). Bangsa ayam kelas Asia yang terkenal antara lain Brahma dari India, Langshan dari Cina, dan Cochin dari Shanghai, Cina yang dikembangkan menjadi ayam Amerika dan Inggris dan merupakan tipe ayam pedaging (Yuwanta, 2008).

2.1.2.   Klasifikasi berdasarkan tujuan pemeliharaan
Berdasarkan tujuan pemeliharaan unggas dibedakan menjadi 4 tipe, yaitu tipe petelur, tipe pedaging, tipe dwiguna dan tipe Fancy. Jenis ternak unggas yang biasa dipelihara untuk tujuan produksi telur ataupun daging antara lain yaitu ayam, itik, angsa, kalkun, puyuh dan merpatiAyam tipe petelur mempunyai karekteristik bersifat nervous atau mudah terkejut, bentuk tubuh ramping, cuping telinga berwarna putih, dan kerabang telur berwarna putih. Karakteristik lainnya yaitu menghasilkan produksi telur sangat tinggi (200 butir/ekor/tahun), efisien dalam penggunaan ransum untuk membentuk telur, dan tidak memiliki sifat mengeram (Suprijatna et al., 2008). Karakteristik tipe ayam petelur antara lain mudah terkejut, bentuk tubuh ramping, cuping berwarna putih, dan kerabang telur berwarna putih (Yuwanta, 2008).
2.1.2.1. Ayam tipe pedaging, karakteristik ayam tipe pedaging bersifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dann produksi telur rendah (Suprijatna et al., 2008). Karakteristik tipe ayam pedaging adalah bersifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih, dan produksi telur rendah (Yuwanta, 2008).
2.1.2.2. Ayam tipe dwiguna, karakteristik bersifat tenang, bentuk tubuh sedang, produksi telur sedang, pertumbuhan sedang, dan kulit telur berwarna coklat (Suprijatna et al., 2008). Ayam tipe dwiguna yang banyak dijumpai di Indonesia adalah RIR dan Harco (Yuwanta, 2008).
2.1.2.3. Ayam tipe fancy, atau ayam kesukaan bersifat unik manusia memeliharanya dengan tujuan karena ayam tipe ini memiliki keunggulan yang berbeda dari tipe yang lain sehingga orang memeliharanya karena hobi orang tersebut. Karakteristrik yang menonjol performan tubuhnya yang cantik, suara kluruknya khas contohnya ayam pelung jantan, ayam bekisar, ayam ketawa, dan ayam gaok (Sartika et al., 2006). Plasma nutfah ayam lokal burgo jantan lebih difokuskan sebagai ayam hias karena keindahan bulu, bentuk dan ukuran tubuh yang unik (Putranto, 2011).
2.1.3.   Unggas Darat
Unggas darat merupakan ternak unggas yang hidup lebih banyak di daratan seperti ayam dan burung puyuh. Ayam secara taksonomi dapat diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, subkingdom Metazoa, phylum Chordata (Rose, 1997) dalam (Candrawati, 2007). Bagian tubuh ayam secara umum yang tampak dari luar memiliki bentuk tubuh berbeda dengan unggas lain, seperti jengger dan pial yang kebanyakan berwarna merah dan beberapa variasi dari warna abu-abu terang sampai biru gelap (Sadarman et al., 2013). Warna shank pada umumnya ada yang kuning dan ada yang putih (Candrawati, 2007). Unggas darat memiliki jari-jari yang terpisah satu sama lain (Siwi, 2013).
Jenis unggas darat lainnya yaitu burung puyuh. Secara taksonomi burung puyuh diklasifikasikan ke dalam Kingdom Animal, Phylum Chordata, Class  Aves, (Anwar, 2012). Tubuh Burung puyuh sejak lahir sudah tertutup oleh bulu pada bagian dada, sayap, punggung, leher dan bahu, dari warna bulu pada bagian sayap ini terdapat perbedaan antara jantan dan betina dimana pada puyuh jantan warna sayapnya hitam  dan terdapat bintik-bintik coklat keemasan yang agak samar sementara pada puyuh betina memiliki warna yang lebih cerah yaitu abu-abu kecoklatan (Tumbilung et al., 2014). Warna paruh dan kaki pada puyuh yang telah didomestikasi dengan puyuh liar memiliki perbedaan dimana puyuh liar memiliki paruh dan kaki berwarna abu-abu sedangkan puyuh domestikasi memilki paruh dan kaki berwarna kuning (Hutagalung et al.,  2012).

2.1.4.   Unggas air

Unggas air merupakan suatu jenis unggas yang menghabiskan sebagian hidupnya di air dan memiliki hasil produk yang dapat dimanfaatkan hasilnya. Ciri-ciri unggas air tidak jauh dengan unggas darat akan tetapi memiliki beberapa kekhususan antara lain pada kakinya memiliki selaput yang berfungsi untuk berenang dan memiliki kelenjar minyak yang lebih banyak dibandingkan dengan unggas darat, jari-jari kaki satu sama lain dihubungkan oleh selaput renang, paruh melebar dan dilapisi oleh selaput halus yang peka, tubuh ditutupi oleh bulu, tidak mudah kedinginan kecuali yang masih kecil karena dibawah kulitnya dilapisi oleh lemak yang bersifat isolator, dan dagingnya agak gelap dibandingkan ayam (Susilorini et al., 2009). Spesies dari unggas air diantaranya itik (duck), angsa (goose) dan undan (swan). Bulu itik umumnya berwarna merah tua (coklat) atau bervariasi bertotol-totol coklat (rebuin/ blorok), putih bersih, putih kekuning-kuningan, abu-abu hitam atau campuran dan lainnya, tubuhnya langsing, leher pendek dan tidak terlalu tegak, kepala (Supriyadi, 2009).

contoh review jurnal

JURNAL I

 PENAMPILAN PRODUKSI KAMBING KACANG JANTAN YANG DIBERI PAKAN SIAP SAJI (PSS) BERBASIS SILASE TANAMAN JAGUNG

Oleh :  Teguh Wahyono, Kusumaningrum C.E, Widiawati Y, Suharyono

A.                Tujuan Penelitian

 Penelitian dilakukan untuk mengetahui potensi pakan siap saji (PSS) sebagai substitusi hijauan pakan untuk meningkatkan konsumsi, kecernaan pakan dan produktivitas kambing Kacang jantan.

B.                 Materi dan Metode yang Digunakan

 Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan jumlah ternak percobaan sebanyak 20 ekor kambing Kacang jantan lepas sapih dengan bobot badan berkisar 15-20 kg  yang diacak dan dibagi menjadi empat perlakuan ransum dengan lima ulangan dan ditempatkan pada kandang individu. Pakan perlakuan dalam penelitian dibedakan berdasarkan tingkat persentase penggunaan PSS pada ransum, yaitu: kontrol (rumput gajah 70% + konsentrat 30%); perlakuan A (kontrol + PSS 6%); B (kontrol +PSS 8%); C (kontrol +PSS 10%). Pembuatan PSS dilakukan dengan menggunakan silo berupa drum plastik berkapasitas 50 kg. Bahan silase terdiri dari tanaman jagung +2,5% silase tanaman jagung +2,5% biosuplemen. Campuran bahan pakan kemudian diinkubasi di dalam silo/drum plastik selama 3 hari.






Peubah yang diamati adalah konsumsi Bahan Kering (BK), Pertambahan Bobot Badan harian (PBBh), Feed Convertion Ratio (FCR) dan kecernakan BK.

C.                 Hasil Penelitian

Peubah
Perlakuan Pakan
Kontrol
A
B
C
Konsumsi BK (gr/ekor/hari)
863,4±15,63
860,4±21,09
837,8±35,02
837,4±13,8
PBBH (gr/ekor/hari)
127±19,35
193±27,29
135,7±21,58
153±19,75
FCR
7,62±1,39
4,80±0,64
6,69±0,87
5,84±0,74
Kecernaan BK (%)
67,01±0,60a
68,07±0,97a
71,45±0,86b
68,36±0,82a

Berdasarkan data tabel diatas diketahui bahwa perlakuan B memiliki kecernaan BK tertinggi yaitu berkisar 71,45±0,86 % berbeda nyata dari perlakuan lainnya yaitu kontrol 67,01±0,60 %, A 68,07±0,97%, dan C 68,36±0,82 %.  Hal ini menunjukan bahwa penambahan PSS pada ransum memiliki batas maksimal agar tercapai enilai kecernaan yang baik. Kecernaan pakan sendiri dapat dipengaruhi oleh kandungan serat kasar dan protein kasar pakan, perlakuan terhadap bahan pakan, faktor spesies ternak serta jumlah pakan.

D.                Kesimpulan.

Penambahan PSS dalam ransum dapat diberikan sesuai dengan ambang  batasnya yang dalam penilitian sebesar 8%, dimana penambahan sejumlah tersebut memberikan nilai kecernaan tertinggi dengan perbedaan yang nyata.


JURNAL II

EFEK PENGURANGAN DAN PEMENUHAN KEMBALI JUMLAH PAKAN TERHADAP KONSUMSI DAN KECERNAAN BAHAN PAKAN PADA KAMBING KACANG DAN PERANAKAN ETAWAH

A.                Tujuan Penelitian.

Mengetahui efek pengurangan dan pemenuhan kembali jumlah pakan terhadap konsumsi dan kecernaan bahan pakan pada kambing Kacang dan Peranakan Etawah.

B.                 Materi dan Metode yang Digunakan

Delapan ekor kambing jantan yang terdiri atas 4 ekor kambing Kacang dan 4 ekor kambing Peranakan Etawah digunakan dalam penelitian ini. Kedua jenis kambing tersebut diberikan perlakuan yang sama. Pertama, pakan dikurangi dengan pemberian bahan kering 1,7% berat badan untuk masing-masing ternak, kedua, ternak diberi pakan secara ad libitum. Pakan yang digunakan terdiri atas hijauan berupa jerami kacang tanah (rendeng) yang dibeli dari petani di wilayah Bantul. Konsentrat yang digunakan adalah konsentrat komersial berbentuk pelet dengan nama Gemuk A produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia. Perbandingan hijauan dan konsentrat diatur sesuai dengan perlakuan pada setiap periode penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial (Hanafia, 2010). Perlakuan terdiri dari 2 faktor yakni, bangsa kambing (kambing Kacang (K1) dan kambing PE (K2)) dan jumlah pakan (pengurangan pakan (BK 1,7% berat badan (R1) dan pakan ad libitum (R2)). Masing masing perlakuan terdiri atas 4 ulangan.











Data yang diambil dalam penelitian ini meliputi konsumsi bahan kering, konsumsi bahan organik, kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik.

C.                 Hasil Penelitian

Variabel
Jumlah pakan
Rata-rata
Pengurangan
ad libitum
Kecernaan BK
Kambing kacang
Kambing PE
Rata-rata



71,21±4,34
80,81±3,12
76,01±6,78A
78,19±3,06
81,76±2,16
79,97±2,52B
74,70±4,93a
81,28±0,67b

Kecernaan BO
Kambing Kacang
Kambing PE
Rata-rata



74,56±3,83
83,66±2,67
79,11±6,43A
80,74±2,71
84,56±1,83
80,74±2,71 B
77,65±4,37a
84,11±0,64b

*) Nilai dituliskan sebagai rerata ± standar deviasi (values were presented as mean + SD).
a,b Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) (different superscripts at the same row indicate significant differences (P<0.01)).
A,B Superskrip yang berbeda pada kolom dan variabel yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) (different superscripts at the same column and variable indicate significant differences (P<0.05)).

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa kambing kacang memiliki kecernaan BK dan bahan organik yang lebih rendah dari kambing PE berebeda nyata (P<0,05). Pemberian jumlah pakan dengan cara pembatasan dengan pengurangan jumlah pakan mengakibatkan angka kecernaan BK dan BO menjadi rendah sebaliknya pemberian pakan secara ad libittum memberikan angka kecernaan BK dan BO yang lebih tinggi. Perlakuan jumlah pakan berbeda sangat nyata (P<0,01).

D.                Kesimpulan

Jenis bangsa kambing mempengaruhi kecernaan BK dan BO pakan dimana kambing PE mempunyai kecernaan BK dan BO pakan yang lebih baik dibanding kecernaan BK dan BO kambing kacang. Jumlah pakan yang diberikan juga mempengaruhi kecernaan BK dfan BO pada kambing kacang maupun PE. Pemebrian pakan secara ad libittum  menghasilkan kecernaan yang jauh lebih baik dibanding denganpemberian pakan dengan cara jumlah pakan yang d


REVIEW


Berdasarkan kedua jurnal tersebut maka dapat diketahui bahwa beberapa faktor dapat mempengaruhi kecernaan BK dan BO pakan. faktor-faktor yand dapat mempengaruhi diantaranya komposisi nutrien pakan yang harus seimbang antara kandungan PK dengan energinya yang dalam hal ini dalam TDN. Faktor jumlah pakan yang diberikan hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya konsumsi pakan untuk dicerna dan juga jenis dan bagansa ternak. 

Antibiotik alami untuk ternak unggas

I.                   PENDAHULUAN

1.1.        LATAR BELAKANG

Ayam broiler merupakan jenis ternak unggas yang memiliki daya tahan sangat rendah dari serangan penyakit, baik yang berasal bakteri maupun virus. Berbagai jenis penyakit unggas yang berasal bakteri maupun virus sering kali menimbulkan kematian pada unggas apabila tidak segera ditangani, terlebih penyakit yang disebabkan oleh bakteri maupun virus ini akan mudah menular pada unggas. Solusi yang dapat dilakukan saat ayam terserang penyakit yaitu dengan memberikan antibiotik yang biasanya dijual di poultry shop . penggunaan antibiotik sintetis semacam ini di negara – negara maju mulai dibatasi dan diatur oleh undang-undang. Hal ini karena penggunaan antibioti sitetis didalam tubuh ternak akan meninggalkan residu antibiotik pada produk ternak tersebut karena antibiotik sintetis tidak dapat dimetabolisme oleh ternak.
Residu antibiotik yang terdapat pada produk peternakan ini akan memberi efek negatif pada manusia yang mengkonsumsi, karena dapat mengakibatkan bakteri maupun virus yang sebenarnya dapat diobati dengan antibiotik tersebut malah menjadi resisten terhadap antibiotik sehingga sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Hal tersebut yang mendasari gagasan penggunaan antibiotik alami pada ternak agar dihasilkan ternak yang sehat, memiliki laju pertumbuhan tinggi dan tentu saja aman bagi konsumen Beberapa bahan alam ada yang mengandung zat-zat yang mampu menjadi antibiotik alamiah bagi ternak diantaranya adalah temulawak dan kunyit yang mengandung kurkuminoid. Bahan kunyit dipilih karena harganya yang lebih murah dibanding temulawak namun memiliki manfaat ayang sama. 

1.2.        RUMUSAN MASALAH

Bagaimana mengatasi penyakit pada ayam tanpa antibiotik sintesi yang penggunaannya mulai dibatasi.

1.3.        TUJUAN

Mengatasi penyakit pada ayam tanpa menggunakan antibiotik sintesis sehingga peoduknya aman dikonsumsi manusia.

1.4.       MANFAAT

Mampu mengatasi penyakit pada ayam tan harus menggunakan antibiotik sintesis yang pengguanaannya mulai dibatasi.




II.                ISI

Kunyit merupakan rempah-rempah yang memiliki harga yang cukup murah di pasar. Kunyit di indonesia mudah sekali dijumpai di pasar-pasar tradisional. Kunyit banyak dimanfaatkan untuk ramuan jamu tradisional dalam masyarakat. Hal ini berkaitan dengan adanya kandungan kurkumin di dalamnya yang dipercayai memiliki banyak manfaat untuk kesehatan manusia. Kunyit ini juga dapat memberikan efek yang sama pada ayam, kandungan kurkumin diketahui dapat menjadi antibiotik alami pada unggas  (pratikno 2010). Anti biotik diketahui mampu menunjang pertumbuhan ayam dengan memacu pertumbuhan rata-rata harian ayam (Sinurat 2009). Kunyit juga memiliki kandungan minyak atsiri yang mampu mempengaruhi tingkat pencernaan nutrien pada ayam. Hal ini dikarenakan fungsi minyak atsiri yang mampu mengendalikan skresi garam empedu yang akan mempengaruhi tingkat asam basa saluran pencernaan. Hal ini membuat penyerapan nutrien jadi lebih efektif (pratikno 2010).



III.                  Kesimpulan


Penggunan ekstrak kunyit dapat menggantikan antibioti sintesis dalam mengatasi permasalahan penyakit pada ayam. Penggunaan kunyit ini juga mampu meningkatkan produktivitas ayam mengingat kandungan minyak atsirinya memberikan pengaruh positif terhadap tingkat penyerapan nutrien dalam saluran pencernaan ayam.